Sabtu, 27 Oktober 2018

MAKALAH BAHSA ARAB



MAKALAH
“ I’ROB ”
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu: Alfa Syahriyah, Lc.,M.Sy



Disusun oleh:
Muhammad Sofiyuddin             (1714.10000.553)


PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesikan makalah berjudul “I’rob”  ini tepat waktu.
Makalah ini penulis menyusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab. Selain itu, penulis berharap makalah ini juga bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa mengenai Surat secara umum.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah sederhana ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah sederhana ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa-mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Jepara.Aamiin.

Jepara, 13 Januari 2018
Muhammad Sofiyuddin









DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................i
Kata Pengantar……………………………………………………………......ii
Daftar Isi……….…………………………………………………………......iii
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………....1
1.1  Latar Belakang Masalah......………………………………………….....1
1.2  Rumusan Masalah…………...…………………………………….........1
1.3  Tujuan Penulisan……………...……………………………………......1
Bab II Pembahasan…………………………………………………………...2
2.1  Pengertian I’rob dan Macam-macam I’rob............………………………..2
2.2  Ciri-ciri I’rob…............................................................................................8
2.3  Pembagian i’rob............................................................................…….....15
2.4  Tanda-tanda i’rob...........................................……………………….....17
Bab III Penutup………………………………………………………….…..26
      3.1 Kesimpulan.................……….………………………………...……...…26
      3.2 Saran...........................................................................................................26
Daftar Pustaka…………………………………………………………….....27






BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu nahwu adalah ayah-nya ilmu, sedangkan ilmu shorof sebagi ibu-nya ilmu, ketika keduanya di padukan maka akan bermunculan ilmu-ilmuyang lan karna-nya, sebagimana perpaduan ayah dan ibu, mereka akanmenghasilkan seorang anak.
I’rob adalah bagian dari ilmu nahwu yang menjelaskan perubahansetiap akhir kalimat atau juga disebut i’rob adalah cara membaca akhir kalimat dengan benar dan tepat sesuai kaidah-kaidah yang ditentukan.Banyak orang yang mempelajari bahasa arab tanpa mengerti definisi dari lafadh tersebut, mereka hanya bisa berbicara tanpa mengetahui kaidah-kaidahnya. Hanya mampu menguasai mufrodatnya saja.Oleh demikian, saya akan membuat makalah ini untuk membantu belajar membaca dan membenarkan kata yang sering keluar dari kaidah.

1.2 Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian I’rob ?
2. Berapa pembagian i’rob?
3. Apa saja tanda-tanda i’rob?

1.3  Tujuan Masalah
1.    Menjelaskan pengertian i’rob.
2.    Menjelelaskan pembagian i’rob.
3.    Menjelaskan tanda-tanda i’rob beserta contohnya.






BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Pengertian I’rob dan Macam-macam I’rob
I`rob adalah berubahnya cara membaca setiap huruf akhir dari suatu kalimah karena tuntunan/arahan setiap `amil sehingga dapat juga dimengerti bahwa perubahan cara membaca harf akhir dari suatu kalimah itu selalu tergantung dari amilnya.setiap ada perubahan pasti harus ada amilnya (yang merubah ).
Ada 4 macam jenis perubahan yang melekat pada huruf terakhir dari suatu kalimah , yaitu :
a.       Rafa` disebut dengan i`rob rafa` :
b.      Nashob disebut dengan i`rob nashob
c.       Jar atau Khofdlun disebut i`rob jer atau khofedl ;
Jar merupakan istilah yang digunakan oleh para ahli Nahwu di Bashrah , sedangkan Khofedl istilahnya para ahli Nahwu di Kufah.
d.      Jazem disebut dengan i`rob jazem.
Oleh karena itu , dalam istilah Ilmu Nahwu , macam-macam i`rob ada 4 (empat) dan penyebutannya  adalah sebagaimana harf a-d diatas.
Dalam bahasa Arab ternyata tidak semua huruf akhir dari setiap kalimah itu bisa berubah walaupun amilnya menuntut untuk berubah atau dibaca tertentu. Oleh karena itu , berdasarkan dapat atau tidak dapat berubahnya suatu kalimah berdasarkan tuntunan `amilnya ,kalimah dibedakan menjadi dua . Kalimah yang harf akhirnya tidak  bisa berubah sesusai dengan tuntunan `amilnya disebut dengan Kalimah Mabni . sedangkan kalimah yang harf akhirnya bisa berubah sesuai dengan tuntunan `amilnya disebut dengan Kalimah Mu`rob .


Kalimah-kalimah yang huruf akhirnya tidak bisa berubah/selalu tetap adalah:
a.       Semua kalimah harf (catatannya ; kalimah harf tidak bisa dimasuki `amil);
b.      Semua Fi`il Madli ;
c.       Semua Fi`il Amar ;
d.      Sebagian Isim ( Isim Dlomir,Isim Maushul,Isim Isyaroh, dan Isim Fi`il yang akan dipelajari berikutnya) ;
Antara `amil dan i`rob harus sesuai , artinya apabila i`robnya rafa` maka `amilnya harus rafa` atau i`robnya nashob maka `amilnya harus nashob, atau jika i`robnya jar maka `amilnya harus jar dan jika i`robnya jazem maka `amilnya harus jazem.
1.2  Ciri-ciri I’rob
A.    I’rob Rafa’
Dalam rangkai untuk mengetahui bahwa, suatu kalimah itu di i’robi dengan i’rob rafa’ maka seseorang harus mengetahui ciri-ciri dan i’rob rafa’ tersebut. Ada 4 ( empat ) ciri yang selalu melekat pada suatu kalimah yang di i’robi rafa’ dengan i’rob secara lafdzon atau taqdiiron. 4 ( empat) ciri tersebut adalah dlommah, alif, wawu, dan tetapnya nun.
1.      Dlommah
Dlommah menjadi i’rob rafa’ beretempat pada 4 ( empat ) kategori kalimah, yaitu :
a.      Isim Mufrod
Isim muf’rod adalah semua bentuk kalimah isim yang maknanya berjumlah satu / tunggal.
Contohnya :جَاءَ زَيْدٌ                
معمول                     عامل
Kalimah جاء menuntut kalimah supaya di i’robi rafa’, karena kalimah     زيدini maknanya adalah satu ( tunggal ), maka ciri i’rob rafa’ yang diterapkan pada kalimah زيد adalah dlommah.
Tanwin yang melekat pada kalimah زيد merupakan penegasan terhadap ke-isiman dari kalimah  زيد .
b.      Jama’ Muannats Salim
Jama’ Muannats Salim adalah bentuk kalimah yang maknanya menunjukkan pada sosok atau sifat perempuan yang jumlahnya ;ebih dari 2 ( dua ). Secara lafadz jama’ muannats salim diketahui dengan adanya penambahan alif dan ta’ setelah harf akhir kalimah.
Contohnya :قَامَتْ اَلْمُسْلِمَا تُ                         
Dlommah merupakan ciri                         عامل
Rafa` dari jama`muannats salim,
Ketika dibaca rafa`                               معمول


Oleh karena mengarah pada sosok atau sifat perempuan, maka yang bisa dijama’kan dengan menggunakan jama’ muannats salim adalah kalimah-kalimah sebagai berikut :
1.      Nama seorang perempuan, contohnya زَيْنَبٌ
2.      Wasfiyyah, yang dimaksud wasfiyyah adalah penyebutan terhadap setiap bentuk isim yang menunjukkan pekerjaan dan perlakunya atau sifat sekaligus pemiliknya atau sesuatu / sosok yang dikenai pekerjaan. Wasfiyyah yang dijama’kan dengan jama’ muannats salim meliputi :
a.       Isim fa’il untuk perempuan
Isim fa’il untuk perempuan cirinya secara lafadz adalah adanya tambahan ta’ marbutoh setelah harf akhir dari shigot isim fa’il. Contohnya : مُسْلِمَةٌ
b.      Isim maf’ul untuk perempuan
Isim maf’ul untuk perempuan cirinya secara lafadz adalah adanya tambahan ta’ marbutoh setelah harf akhir dari shigot isim maf’ul. Contohnya :مَبْسُوْطَةٌ

c.       Shifat musyabbahah untuk perempuan.
Shifat musyabbahah adalah bentuk kalimah isim yang menunjukkan suatu shifat dan pemilik shifat tersebut. Dalam pengertian ini shifat musyabbahah menunjukkan dua hal sebagai mana isim fa’il yang juga menunjukkan dua hal, yaitu pekerjaan sekaligus orang yang mengerjakan. Oleh karena ada keserupaan dengan isim fa’il, maka secara nama disebut shifat musyabbahah yang artinya shifat yang diserupakan. Termasuk dalam keserupaan adalah ketika isim fa’il mempunyai fi’il, shifat musyabbahah juga ada shigot fi’ilnya.
Contohnya : حَسُنَ ini merupakan fi’il madli, artinya bagus ( shifat ), karena dibentuk menjadi madli berarti itu pekerjaan. Pertanyaan berkaitan perbandingannya adalah berjalan, duduk, memotong, dan lain-lain adalah kata kerja / fi’il yang bisa diketahui pelaksanaannya, hal ini berbeda ketika bagus itu adalah kalimah fi’ilnya,terus bentuk atau kegiatan pekerjaan dari kalimah / kata bagus itu seperti apa ?. Misalnya orang yang sholatnya bagus, maka pekerjaannya adalah sholatnya, sementara kata bagus adalah shifatnya.
Kalimah-kalimah semacam ini itu dianggap mempunyai kemiripan dengan isim fa’il dalam menunjukkan dua hal, yaitu shifat dan pemiliknya. Oleh karena itu, kalimah semacam ini disebut dengan shifat musyabbahah. Shifat artinya shifat dan musyabbahah artinya yang disamakan. Shifat musyabbahah hanya terjadi dan berasal dari fi’il tsulatsi mujarrod.
            Perbedaan isim fa’il dengan shifat musyabbahah adalah :
1.      Bentuk isim fa’il dari fi’il yang tsulasi itu mengikuti wazan ( Fa’ilun )
2.      Bentuk shifat musyabbahah adalah tidak beraturan dan tidak mengikuti wazan fa’ilun.
3.      Isim fa’il selalu menunjukkan pekerjaan, baik pekerjaan anggota badan yang tampak, seperti tangan, kaki, mulut, dan lain-lain, maupun pekerjaan hati, seperti niat, khawatir, dan lain-lain.
4.      Shifat musyabbahah hanya selalu menunjukkan shifat.
Shifat musyabbahah yang menunjukkan bahwa pemiliknya adalah sesuatu atau sosok perempuan adalah shifat musyabbahah yang di akhirnya ditambahi dengan ta’ marbutoh. Contohnya : حَسَنَةٌ
اَلْمُسْلِمَا تُ حَسَنَا تُ اْلخُلُقِ   
Merupakan jama` muannats dari lafadz حَسَنَةٌ kemudian i`robnya rafa`.oleh karena itu ciri yang digunakan adalah dlommah pada harf ta` harf yang terakhir.

d.      Af’al Tafdlil untuk perempuan
Af’al tafdlil adalah bentuk kalimah isim yang menunjukkan shifat dari benda atau sosok dengan mengikuti wazan af’alu untuk benda / sosok laik-laki atau fu’laa untuk perempuan.
Pengertian isim taf’dlil adalah mengandung arti shifat dari sosok / benda tertentu yang melebihi shifatnya benda /sosok yang lainnya.
Contohnya : زَيْدٌ اَكْرَمُ مِنْ بَكْرٍ & فَا طِمَةٌ كُرْمِيْ مِنْ زَيْنَبٍ
Artinya : zaid lebih mulia dari pada bakar dan fatimah lebih mulia dari pada zainab.
Contohnya jama` muannats salim dari af`al tafdlil :
اَلْمُسْلِمَا تُ كُرْمَيَا تَ مِنَ اْلكَافِرَا تِ

Merupakan jama` muannats dari كُرْمَى  kemudian i`robnya  rafa`, oleh karena itu ciri yang digunakan adalah dlommah pada ta` harf yang terakhir.

Kalimah    yang selalu melekat stelah jama’ muannats mengandung arti bahwa bentuk kalimah dasar / asal muf’rod dan jama’ muannatsnya masih sama. Oleh karena itu, kalimah  diartikan dengan jama’ muannats yang bentuk asal mufrodnya selamat dari perubahan ketika dijama’kan.
c.       Jama’ Taksir
Jama’ taksir adalah bentuk kalimah yang menunjukkan benda yang jumlahnya lebih dari dua dan bentuk kalimah mufrodnya menjadi berubah ketika sudah dibuat dalam bentuk jama’.
Contohnya :جَاءَ اَلرِّجَالُ                       

Merupakan jama` taksir dari رَجُلٌ  kemudian i`robnya rafa` .oleh karena itu ciri yang digunakan adalah dlommah pada ro` harf yang terakhir.

Adapun perubahan bentuknya jama’ taksir dari asal mufrodnya dibedakan menjadi 4 macam :
1.      Perubahan pada charokatnya saja, contohnya  اَسَدٌ (mufrod),jama`nya menjadi   اُسُدٌ
2.      Perubahan pada charokat dan ada harf yang ditambahkan. Contohnya :رَجُلٌ  (mufrod),jama`nya رِجَالٌ
3.      Perubahan pada charokat dan ada harf yang dikurangi dari mufrodnya. Contohnya : كِتَا بٌ(mufrod),jama`nya كُتُبٌ
4.      Perubahan pada charokat, ada harf yang ditambahkan dan ada harf yang dikurangi dari asal mufrodnya. Contohnya لِبٌ: طَا            (mufrod),jama`nya طُلَّا بٌ
d.      Fi’il mudlori’ yang harf akhirnya tidak bertemu sesuatu
Secara bentuk kalimahnya fi’il mudlori’ merupakan fi’il yang paling mudah diketahui karena harf awalnya selalu berupa salah satu dari hamzah atau nun atau ya’ atau ta’ yang disebut انيت atau نا تي
Hamzah menunjukkan bahwa subyeknya atau fa’ilnya adalah mutakallim wahdah ( hanya satu orang ).
Nun menunjukkan bahwa subyeknya atau fa’il adalah mutakallim ma’al ghoiri ( lebih dari satu orang ).
Ya’ menunjukan bahwa subyeknya fa’ilnya adalah mudzakkar ghoib ( mufrod, tasniyah bila bertemu dlomir alif tasniyah, jama’ bila bertemu اdlomir wawu jama’ ) dan jama’ muannats ghoibah ( bila bertemu dlomir nun jama’ niswah ).
Ta’ menunjukkan bahwa subyeknya atau fa’ilnya adalah mudzakkar mukhotob ( mufrod, tasniyah bila bertemu dlomir alif tasniyah dan jama’ bila bertemu dlomir wawu jama’ ), muannatsah ghoibah ( mufrodah dan tasniyah bila bertemu dlomir alif tasniyah ) dan muannatsah mukhotobah ( mufrodah, tasniyah bila bertemu dlomir alif tasniyah,jama’ bila bertemu dlomir nun jama’ niswah ).
Adapun yang dimaksud dengan tidak bertemu sesuatu adalah tidak bertemu dengan dlomir alif tasniyah, wawu jama’ dan ya’ muannatsah mukhotobah. Oleh karena itu, bila ada fi’il mudlori’ setelah harf akhirya tidak bertemu salah satu dari tiga dlomir tersebut dan ‘amilnya rafa’, maka ciri rafa’nya adalah dlommah.
Contohnyaزَيْدٌ الطَّعَا مَ                :  يَاْكُلُ                    

Merupakan fi’il mudlori’ yang diawali dengan harf ya’ setelah harf akhirnya tidak ada dlomir alif tasniyah, wawu jama’ maupun ya’ muannatsah mukhothobah. Karena i’robnya rafa’ maka cirinya dlommah.

2.      Alif
Alif menjadi ciri i’rob rafa’ bertempst pada satu tempat, yaitu : isim tasniyah atau mulhaq bit tasniyah. Isim tasniyah maupun mulhaq bit tasniyah merupakan kalimah isim yang menunjukkan makna yang berjumlah dua. Adapun perbedaan diantara keduanya adalah
a.       Kalau isim tasniyah itu menunjukkan dua hal atau makna dan memang terdiri dua hal yang sama. Contohnya :زيدان   menunjukkan pada dua orang yang bernama zaid,ketika dipisah akan menunjukkan pada satu orang yang bernama zaid dan satu orang lagi yang namanya juga zaid.
b.      Sedangkan mulhaq bit tasniyah itu menunjukkan dua hal atau makna, akan tetapi ketika dipisah ternyata antara satu hal dengan hal yang satunya lagi menjadi berbeda. Coontohnya:         قمران            menunjukkan pada dua hal yang merupakan sumber cahaya, namun yang satu adalahقمر  dan satunya lagi adalah شمس  atau menunjukkan dua makna. Contohnya :                        جَاءَ الزَّيْدَانِ      
                        Merupakan isim tatsniyyah yang harus dibaca rafa’, karena sebagai fa’il / subyek dari kalimah fi’il جاء   . Alif diantara dal dan nun merupakan ciri rafa’. Nun selalu melekat pada isim tatsniyyah dan harus selalu dibaca kasroh. Nun tersebut menurut ahli nahwu merupakan pengganti tanwin yang digunakan sebgagai ciri untuk kalimah isim.
3.      Wawu
Wawu menjadi ciri i’rob rafa’ bertempat pada dua tempat, yaitu : Asma’ khomsah dan jama’ mudzkkar salim.
a.       Asma’ Khomsah
Asma’ khomsah merupakan istilah penyebutan terhadap kelompok isim yang jumlahnya 5, yaitu :ذو, فم, حم, اخ, اب ( yang bermakna yang memiliki / صَاحِبٌ   ).  ابartinya bapak, اخ artinya saudara laki-laki, حم artinya saudara laki-laki suami atau istri, فم artinya mulut.
Asma’ khomsah ketika rafa’ diberi ciri wawu harus memenuhi dua syarat, yaitu :
1.      Harus disandarkan atau di idlofahkan pada kalimah isim yang jatuh setelahnya ( tidak berdiri sendiri, kalau berdiri sendiri atau tidak disandarkan ciri rafa’nya adalah dlommah ).
2.      Harus dalam bentuk kalimah mufrod ( tidak tasniyah atau jama’ ).
Contohnyaجَاءَ اَخُوْكَ    ( telah datang saudara laki-lakimu )

Merupakan asma’ khomsah yang harus dibaca rafa’,karena sebagai fa’il / subyek dari kalimah fi’il جَاءَ. Wawu diantara kho’ dan kaf merupakan ciri rafa’. Kaf merupakan isim dlomir dan merupakan kalimah yang disandari oleh اخ .
b.      Jama’ mudzkkar salim
Jama’ mudzakkar salim adalah bentuk kalimah yang maknanya menunjukkan pada sosok atau shifat laki-laki yang jumlahnya lebih dari dua. Secara lafadz jama’ mudzakkar salim diketahui dengan adanya penambahan wawu dan nun setelah harf akhir dari kalimah mufrodnya ketika rafa’.
Sebagaimana jama’ muannats salim, tidak semua kalimah bisa dibentuk menjadi jama’ mudzakkar salim. Adapun kalimah-kalimah yang bisa dijama’kan dengan jama’ mudzakkar salim adalah
1.      Nama untuk orang laki-laki, contohnya :شُعَيْبٌ
2.      Wasfiyyah yang dijama’kan dengan jama’ mudzakkar salim meliputi :
a.       Isim fa’il untuk laki-laki.
Isim fa’il untuk laki-laki cirinya secara lafadz adalah tidak adanya ta’ marbutoh setelah harf akhir dari shigot isim fa’il. Contohnya : مُسْلِمٌ  menjadi  مُسْلِمُوْنَ
b.      Isim maf’ul untuk laki-laki.
Isim maf’ul untuk laki-laki cirinya secara lafadz adalah tidak adanya tambahan ta’ marbutoh setelah harf akhir dari shigot isim maf’ul. Contohnya :مَبْسُوْطٌ   artinya sesuatu yang digelar, jama’nya مَبْسُوْطُوْنَ .
c.       Shifat musyabbahah untuk laki-laki.
Shifat musyabbahah yang menunjukkan bahwa pemiliknya adalah sesuatu atau sosok laki-laki. Cirinya secara lafadz adalah shifat musyabbahah yang di akhirnya tidak ditambahi ta’ marbutoh. Contohnya : حَسَنٌ
Contohnya jama’ mudzakar salim dari shifat musyabbahah  :
زَيْدُوْنَ حَسَنُوْنَ فِيْ وُجُوْ هِهِ    
Merupakan jama’ mudzakkar salim dari حَسَن kamudian i’robnya rafa’. Oleh karena itu ciri yang digunakan adalah wawu yang berada setelah harf terakhir dari kalimah tersebut.
d.      Isim tafdlil untuk laki-laki
Contohnya jama’ mudzakkar salim dari Af’al Tafdlil :
الْمُسْلِمُوْنَ اَكْرَمُوْنَ مِنَ الْكَا فِرِيْنَ
Merupakan jama’ mudzakkar salim dari       kemudian i’robnya rafa’. Oleh karena itu ciri yang digunakan adalah wawu setelah harf yang terakhir dari kalimah tersebut.
         4.Tetapnya Nun
Tetapnya nun menjadi ciri i’rob rafa’ bertempat pada fi’il mudlori’ yang harf akhirnya kemasukan atau bertemu dlomir alif tasniyah atau wawu jama’ atau ya’ muannatsah mukhotobah. Ketiga-tiganya merupakan dlomir semua dan menunjukkan :
a.   Alif  ( dlomir alif tasniyah ) menunjukkan bahwa fa’il atau subyeknya bisa laki-laki atau perempuan, mukhotob atau ghoib yang jumlahnya hanya dua orang, contohnya :زَيْدَانِ يَقُوْمَانِ  = artinya dua orang yang bernama zaid kedua-duanya berdiri.
Harf akhir dari fi’il mudlori’nya adalah alif karena asalnya        setelah mim ada alif yang disebut dengan dlomir alif tatsniyyah. Oleh karena i’robnya rafa’,maka ciri rafa’nya adalah tetapnya nun setelah harf alif.

b.  Wawu ( dlomir wawu jama’ ) menunjukkan bahwa fa’il atau subyeknya bisa laki-laki atau perempuan, mukhotob atau ghoib yang jumlahnya lebih dari dua, contohnya : زَيْدُوْنَ يَقُوْمُوْنَ  = artinya: para zaid berdiri semua.
Harf akhir dari fi’il mudlori’nya adalah mim karena asalnya adalah يقوم, setelah mim ada wawu yang disebut dengan wawu jama’. Oleh karena rafa’,maka ciri rafa’nya adalah tetapnya nun setelah harf wawu.
c.   Ya’ ( ya’ muannatsah mukhotobah ) menunjukkan bahwa fa’il atau subyeknya satu orang perempuan yang diajak bicara ( mukhotobah ), contohnya :يَاهِنْدُ تَقُوْمِيْنَ  = artinya: hai hindun, kamu berdiri.       Harf akhir dari fi’il mudlori’nya adalah mim,karena asalnya adalah تقوم setelah mim ada ya’ yang disebut dengan dlomir ya’ muannatsah mukhothobah. Oleh karena i’robnya rafa’ maka ciri rafa’nya adalah tetapnya nun setelah harf ya’.

B.     I’rob Nasab
Ada lima ciri yang selalu melekat pada suatu kalimah yang di i’robi nasab dengan i’rob secara lafdzon atau taqdiiron. Lima ciri tersebut adalah fathah, kasroh, alif, ya’, dan terbuangnya nun.
1.      Fathah
Fathah menjadi i’rob nasab bertempat pada tiga kategori kalimah, yaitu:
a.       Isim mufrod
Contohnya :رَأَيْتُتُ زَيْدّا  
            معمول               عا مل        
Kalimah راى   menuntut kalimah     supaya di i’robi nasab, karena kalimah  زيد    ini maknanya adalah satu ( tunggal / mufrod ), maka ciri i’rob nasab yang diterapkan pada kalimah زيد adalah fathah. Tanwin yang melekat pada kalimah  زيدا    merupakan penegasan terhadap ke-isiman dari kalimah    زيد     .
b.      Jama’ taksir
Contohnya :رَأَيْتُ الرّجَا لِ   
Merupakan jama’ taksir dari رجل  kemudian i’robnya nashob. Oleh karena itu ciri yang digunakan adalah fathah pada ro’ harf yang terakhir.

c.       Fi’il mudlori’ yang harf akhirnya tidak bertemu sesuatu.
Contiohnya :لَنْ يَأْكُل زَيْدٌ الطّعَا مَ               عا مل نا صب
Merupakan fi’il mudlori’ yang setelah harf akhirnya tidak ada dlomir alif tasniyyah, wawu jama’ maupun ya’ muannatsah mukhothobah. I’robnya nashob, karena kemasukan ‘amil nasib yang berupa lan. Ciri nashobnya adalah fathah.




2.      Kasroh
Kasroh menjadi ciri i’rob nasab bertempat pada satu kalimah, yaitu :
Jama’ muannats salim.
Contohnya :رَأَيْتُ الْمُسْلْمَا تِ              عا مل   yang berupa fi’il mudli dan bermakna        melihat. ‘amil tersebut membutuhkan subyek / fa’il dan maf’ul / obyek. Maf’ul itu wajib dibaca nasab
Kasroh merupakan ciri nasab
dari jama’ muannats salim

3.      Alif
Alif menjadi ciri i’rob nasab bertempat pada satu tempat, yaitu : asma’ khomsah. Supaya bisa di i’robi dengan alif ketika nasab, maka syarat sebagaimana dalam i’rob rafa’ terhadap asma’ khomsah juga harus terpenuhi. Contohnya    :   رَأَيْتُ أَخَا كَ ( saya telah melihat saudara laki-lakimu )
Merupakan asma’ khomsah yang harus dibaca nashob karena sebagai obyek dari kalimah fi’il رأي . alif diantara kho’ dan kaf merupakan ciri nashob. Kaf merupakan isim dlomir dan merupakan kalimah yang disandari أخ.

4.      Ya’
Ya’ menjadi ciri i’rob nasab bertempat pada dua tempat, yaitu : isim tasniyah dan jama’ mudzakkar salim. Perbedaannya adalah :
a.       Ya’ yang menjadi ciri isim tasniyah cirinya adalah harf sebelumnya dibaca fathah dan harf nun setelahnya dibaca kasroh.
Contohnya :رَأَيْتُ الْمُسْلِمَيْنِ   ( saya telah melihat dua orang muslim )
Ya’ ciri nashob dari isim tasniyah. Mim harf sebelumnya dibaca fathah dan harf nun setelahnya dibaca kasroh.

b.      Ya’ yang menjadi ciri jama’ mudzakkar salim cirinya adalah harf sebelumnya dibaca kasroh dan harf nun setelahnya dibaca fathah.
Contohnya :رَأَيْتُ الْمُسْلِمِيْنَ  ( saya telah melihat lebih dari dua orang muslim )
Ya’ ciri nashob dari isim tasniyah. Mim harf sebelumnya dibaca kasroh dan harf nun setelahnya dibaca fathah.

5.      Tebuangnya nun
Tebuangnya nun menjadi ciri i’rob nasab bertempat pada bertempat fi’il mudlori’ yang harf akhirnya kemasukan atau bertemu dlomir alif tasniyah atau wawu jama’ atau ya’ muannatsah mukhotobah. Contohnya :الْكَا فِرُوْنَ لَنْ يَدْ خُلُوْاالْجَنّةَ 
‘Amil Nasib
Asalnya يدخلون  ( ini ketika i’robnya rafa’ ), namun setelah kemasukan لن amil nasib, maka i’robnya يدخلون menjadi nasab / mansub, kemudian nun-nya dibuang sebagai ciri nasab.
C.     I’rob Jar / Khofedl
Ada tiga ciri yang selalu melekat pada suatu kalimah yang di i’robi jar dengan i’rob secara lafdzon atau taqdiiron. Tiga ciri tersebut adalah kasroh, ya’, dan fathah.
1.      Kasroh
Kasroh menjadi ciri i’rob jar bertempat pada tiga tempat, yaitu : isim mufrod, jama’ mudzakkar salim, dan jama’ taksir.
a.       Contoh isim mufrod :مَرَرْتُ بِزَيْدٍ
                                                                        ‘Amil jar berupa Ba’ harf jar.
زيد isim mufrod dengan i’rob jar karena kemasukan harf jar yaitu ba’. Oleh karena itu, ciriyang diterapkan pada lafadz زيد adalah kasroh. Adapun tanwinnya merupakan ciri keisiman dari lafadz زيد yang merupakan kalimah isim.

b.      Contoh jama’ muannats salim :مَرَرْتُ بِالْمُسْلِمَا تِ
                                                                Amil jar berupa Ba’ harf jar.
المسلما ت merupakan jama’ muannats salim dengan i’rob jar karena kemasukan harf jar yaitu ba’. Oleh karena itu, ciri yang diterapkan pada lafadz المسلما ت adalah kasroh.

Contoh jama’ taksir :مَرَرْتُ بِالْرِجَا لِ    Amil jar berupa Ba’ harf jar.
الرجا ل merupakan jama’ taksir dengan i’rob jar karena kemasukan harf jar yaitu ba’. Oleh karena itu, yang diterapkan pada lafadz الرجا ل adalah kasroh.

2.      Ya’
Ya’ menjadi ciri i’rob jar bertempat pada dua tempat, yaitu : isim tasniyah dan jama’ mudzakkar salim. Perbedaannya adalah :
a.       Ya’ yang menjadi ciri isim tasniyah cirinya adalah harf sebelumnya dibaca fathah dan harf nun setelahnya dibaca kasroh. Contohnya : مَرَرْتُ بِالمُسْلِمَيْنِ
Amil jar ba’ harf jar
Ya’ ciri nashob dari isim tatsniyah. Mim harf sebelumnya dibaca fathah dan harf nun setelahnya dibaca kasroh.
b.      Ya’ yang menjadi ciri jama’ mudzkkar salim cirinya adalah harf sebelumnya dibaca kasroh dan harf setelahnya dibaca fathah. Contohnya :مَرَرْتُ بِالْمُسْلِمِيْنِ 
Amil jar ba’ harf jar
Ya’ ciri nashob dari isim tatsniyah. Mim harf sebelumnya dibaca fathah dan harf nun setelahnya dibaca kasroh.

3.      Fathah
Fathah menjadi ciri i’rob jar bertempat pada isim ghoiru munshorif.
Penegertian isim ghoiru munshorif adalah isim yang tidak bisa menerima tanwin atau dicharokati kasroh. Alasan ketidak bisanya menerima ciri-ciri kalimah isim, padahal kalimah tersebut sebenarnya juga kalimah isim adalah adanya keserupaan kalimah tersebut ( isim ghoiru munshorif ) dengan kalimah fi’il dalam hal, sama-sama mempunyai dua illat atau kondisi dan kedua-duanya merupakan cabang ( bukan asli ). Dua kondisi atau illat dari kalimah fi’il itu bisa diruntut dari sisi lafadz dan makna :
a.       Secara lafdziyah, kalimah fi’il itu merupakan cabang dari shigot masdar. Artinya semua shigot kalimah yang mutashorrifah itu berasal dari shigot masdar. Hal ini merupakan pendapatnya para ahli nahwu di bashroh.
b.      Cara maknawiyyah, kalimah fi’il itu merupakan cabang dari kalimah isim. Secara makna untuk bisa memahamkan,kalimah fi’il tidak bisa berdiri sendiri ( tidak bisa melepaskan dari kalimah isim ) atau dalam pengertian lain, kalimah baru bisa memahamkan bila disusun bersamaan dengan kalimah isim. Contohnya :                       fi’il selalu butuh fa’il, dan fa’il selalu berupa kalimah isim.
Hal tersebut berbeda dengan kalimah isim, dimana supaya bisa memahamkan tidak harus disusun bersamaan dengan kalimah fi’il maupun harf. Contohnya :نَصَرَ زَيْدٌ بَكْرًا
            Menurut ahli nahwu, dua kondisi atau illat yang menjadikan kalimah isim menjadi ghoiru munshorrif telah dikelompokkan menjadi dua :
a.         Kelompok yang pertama adalah kelompok yang secara dhohir memang dua illat atau kondisi itu terlihat.
b.         Kelompok kedua adalah kelompok yang secara dhohir hanya terlihat satu illat atau kondisi, akan tetapi secara haqiqi adalah dua illat atau kondisi.
Kondisi atau illat tersebut sudah ditentukan, artinya kita tinggal mengikuti dan menemukannya dalam isim-isim ghoiru munshorif. Menurut ahli nahwu yang termasuk kelompok pertama / dua illat / kondisi adalah :
1.         ‘Alamiyyah  ( isim ‘alam / nama orang / benda ) + ‘Ajam ( bahasa selain bahasa arab ), contohnya :مَرَرْتُ بِإِ بْرَاهِيْمَ
Ba’ ‘amil harf jar, yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i’rob jar.
إبراهيم merupakan isim mufrod yang seharusnya ciri jarnya adalah kasroh. Akan tetapi, karena dalam kalimah إبراهيم ada dua kondisi yaiyu : ‘alam sebagai nama seseorang ( ini kembali atau dilihat dari sisi maknanya ) dan ‘alam yaitu bukan bahasa arab ( ini kembali atau dilihat dari sisi lafadznya ), ciri jarnya إبراهيم adalah dengan fathah.


a.       Nama-nama para nabi semuanya ‘ajam kecuali : Nabi Hud, Sholih, Syu’aib, dan Muhammad S.A.W ( keempat-empatnya ini munshorif )
b.      Nama-nama nabi yang ‘ajam semua ghoiru munshorif, kecuali Nabi Nuh, Luth, dan Syis ‘Alaihim salam. Ketiga-tiganya ini tetap munshorif, karena jumlah harfnya hanya tiga.
c.       Semua nama malaikat ‘ajam, kecuali Munkar, Nakir, Malik, dan Ridlwan. Semua yang ‘arab kecuali Ridlwan adalah munshorif.
2.       ‘Alamiyyah ( isim ‘alam / nama oarang / benda ) + Tarkiibun Majziyyun
Tarkib Majziyy adalah susunan dua kalimah isim yang sudah dijadikan satu dan sebagai satu kesatuan ( tidak bisa dipisah-pisahkan kembali ). Contohnya :مَرَرْتُ بِمَعْدَيْكَرِبَ  
Ba’ ‘amil harf jar, yang menunut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i’rob jar.
مَعْدَيْكَرِب merupakan isim mufrod yang seharusnya ciri jarnya adalah kasro. Akan tetapi, karena dalam kalimah مَعْدَيْكَرِب ada dua kondisi yaitu ; ‘alam sebagai nama seseorang ( ini kembali atau dilihat dari sisi maknanya ) dan tarkib majziyyi yaitu berasal dari susunan ma’di dan karbi secara makna artinya adalah telah terbebas dari kerusakan. Terbatas = ma’di dan kerusakan =karbi ( ini kembali atau dilihat dari sisi lafadznya ), kondisi inilah yang menjadikan ciri jarnya مَعْدَيْكَرِب adalah dengan fathah pada harf terahirnya ( ba’ ).

3.      ‘Alamiyyah ( isim ‘alam / nama / benda ) + ‘Adlun ( perubahan kalaimah isim dari satu bentuk menjadi bentuk kalimah lainnya bukan karena i’lal atau penyamaan ( ilchalq ) dan maknanya tetap sama ). Contohnya :مَرَرْتُ بِعُمَرَ                     

 Ba’ ‘amil harf jar, yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i’rob jar.
عُمَر
عُمَرmerupakan isim mufrod yang seharusnya, ciri jarnya adalah kasroh. Akan tetapi karena dalam kalimah عُمَرada dua kondisi yaitu ; ‘alam sebagai nama seseorang ( ini kembali ataudilihat dari sisi maknanya ) dan ‘adlun yaitu lafadz عُمَر
Berasal dari عا مر  ( ini kembali atau dilihat dari sisi lafadznya ). Maka ciri jarnya عُمَرadalah dengan fathah.

4.      ‘Alamiyyah ( isim ‘alam / nama / benda ) + ( adanya penambahan charf alif dan nun ). Contohnya :مَرَرْتُ بِعُثْمَا نَ
Ba’ ‘amil harf jar, yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i’rob jar.

عُثْمَا نَmerupakan isim mufrod yang seharusnya, ciri jarnya adalah kasroh. Akan tetapi, karena dalam kalimah عُثْمَا نَada dua kondisi yaitu ; ‘alam sebagai nama seseorang ( ini kembali atau dilihat dari sisi maknanya ) dan tambahan alif dan nun yaitu lafadz عُثْمَا نَberasal dari عُثْمَ ( ini kembali atau dilihat darsisi lafadznya ), maka ciri jarnya  عُثْمَا نَadalah dengan fathah.

5.      ‘Alamiyyah ( isim ‘alam / nama/ benda ) + ta’nits ( yang dimaksud dengan ta’nits adalah kalimah yang menunjukkan tentang perempua;secara lafdzon wa maknan atau secara maknan tidak lafdzon dan / atau secara lafdzon tidak maknan) ,
Contohnya :  مَرَرْتُ بِفَا طِمَةَ
Ba’ ‘amil harf jar, yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i’rob jar.

فَا طِمَةَ  merupakan isim mufrod yang seharusnya ciri jarnya adalah kasroh. Akan tetapi , karena dalam kalimah فَا طِمَةَ ada dua kondisi yaitu ; علم sebagai nama seseorang (ini kembali atau dilihat dari sisi ma`nanya) dan تَأْنِيْثٌ  yaitu kalimahyang menunjukkan kemuannatsan secara lafdzon wa maknan (ini kembali atau dilihat dari sisi lafadznya),maka ciri jarnya فَا طِمَةَ adalah dengan fatkhah.

6.      ‘Alamiyyah ( isim ‘alam / nama orang / benda ) + Wazan fi’il ( yang dimaksud dengan wazan fi’il adalah bentuknya kalimah isim tersebut sama dengan bentuknya fi’il ), contohnya :مَرَرْتُ بِأحْمَدَ
Ba’ ‘amil harf jar, yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i’rob jar.
أَحْمَد merupakan isism mufrod yang seharusnya ciri jarnya adalah kasroh . akan tetapi , dalam kalimah أَحْمَد ada dua kondisi yaitu : علم sebagai nama seseorang (ini kembali atau dilihat dari sisi maknanya) dan wazan fi`il yaitu kalimah yang menunjukkan bentuknya sama dengan bentuknya lafadz  أَفْعَلَ yang merupakan wazan fi`il ruba`i(ini kembali atau dilihat dari sisi lafadznya), maka ciri jarnya أَحْمَد adalah dengan fatkhah.

7.      Wasfiyyah ( kalimah isim yang menunjukkan sifat seseorang / benda sekaligus pmilik shifat tersebut ) + Tambahan alif dan wawu, contohnya :مَرَرْتُ بِسَكْرَانِ
Ba’ ‘amil harf jar, yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i’rob jar.
سَكْرَانِ merupakan isim mufrod yang seharusnya ciri jarnya adalah kasroh . akan tetapi ,karena dalam kalimah  سَكْرَانِ ada dua kondisi yaitu :wasfiyyah sebagai sifat (mabuk) yang melekat pada seseorang (ini kembali atau dilihat dari sisi maknanya)dan tambahan alif dan wawu yaitu setelah ro` dari سكر (ini kembali atau dilihat dari sisi lafadznya),maka ciri jarnya سَكْرَانِ adalah fatkhah.

8.      Wasfiyyah + ‘Adl, contohnya :مَرَرْتُ بِأخَرَ
Ba’ ‘amil harf jar, yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i’rob jar.
                        أُخَرَ merupakan jama` taksir dari  أخْرَيْ yang seharusnya ciri jarnya adalah kasroh
Akan tetapi , karena dalam kalimah  أُخَر ada dua kondisi yaitu ; wasfiyyah  sebagai sifat yang melekat pada seseorang /benda (ini kembali atau dilihat dari sisi maknanya ) dan `Adl yaitu dipindah dari lafadz أُخَر(karena maknanya sama dengan أُخَر) yang merupakan bentuk af`al tafdlil mudzakkar (ini kembali atau dilihat dari sisi lafadznya), maka ciri jarnya أُخَر adalah dengan fatkhah.


9.      Wasfiyyah + wazan Fi’il, contohnya :مَرَرْتُ بِزَيْدٍ أحْسَنَ وَجْهُهُ مِنْ إخْوَا نِهِ  
Ba’ ‘amil harf jar, yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i’rob jar.
أَحْسَنَ merupakan isim mufrod yang mengikuti wazan أَفْعَلَ  (Af`al tafdlil uang bentuknya mengikuti wazan أَفْعَلَ )sebagai isim mufrod  seharusnya ciri jarnya adalah kasroh. Akan tetapi, karena dalam kalimah أَحْسَنَ ada dua kondisi yaitu ; wasfiyyah  sebagai sifat  yang melekat pada seseorang /benda (ini kembali atau dilihat dari sisi maknanya) dan wazan fi`il (ini kembali atau dilihat dari sisi lafadznya),maka ciri jarnya  أَحْسَنَ adalah dengan fatkhah.



Adapun menurut ahlui nahwu yang termasuk kelompok satu kondisi / ‘illat tetapi menduduki dua kondisi / ‘illat tetapi menduduki dua kondisi atau ‘illat adalah :
1.    Kalimah isim yang akhirnya berupa alif ta’nis mamdudah
Alif ta’nis mamdudah adalah alif dan setelah alif tersebut terdapat hamzah, contohnya :مَرَرْتُ بِصَحْرَا ءَ 




2.    Kalimah isim yang akhirnya berupa alif ta’nis maqshurroh adalahalif yang berada diakhir kalimah dan harf seblumnya dibaca fathah. Contohnya :مَرَرْتُ بِحُبْلَى  


3.    Kalimah-kalimah yang dibentuk dengan mengikuti wazannya shigot muntahal jumu’. Shigot muntahal jumu’ adalah bentuk-bentuk jama’ taksir yang mengikuti wazan-wazan :

Contohnya :مَرَرْتُ بِمسَا جِدَ 




D.    Ciri-ciri I’rob Jazem
Ada 2 ( dua ) ciri yang selalu melekat pada suatu kalimah yang di i’robi jazem dengan i’rob secara lafdzon atau taqdiiron atau machallan. 2 ( dua ) ciri tersebut adalah sukun, dan pembuangan harf.
1.    Sukun
Sukun menjadi i’robnya jazem bertempat pada fi’il mudlori’ yang harf akhirnya berupa harf shohih dan kemasukan ‘amil jazem.
Contohnya :لَمْ يَضْرِبْ زَيْدٌ عَمْرًا 
Lam `amil harf jazim , yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i`rob jazem.
يَضْرِبْ fi`il mudlori` yang harf akhirnya shohih dan merupakan ma`mul majzum , oleh karena itu ciri jazemnya adalah sukun pada ba`.



2.    Chadef / pembuangan
Chadef menjadi cirinya i’rob jazem bertempat pada dua tempat :
a.       Fi’il mudlori’ yang harf akhirnya berupa harf ‘illat diberi ciri dengan pembuangan harfil’illati tersebut.
Contohnya :لَمْ يَرْمِ زَيْدٌ وَعَمْرًا  
Lam `amil harf jazim , yang menuntut kalimah yang dimasuki dibaca dengan i`rob jazem

            يَرْمِ asalnya  يرمي merupakan fi’il mudlori’ yang harf akhirnya berupa harf ‘illat dan merupaan na’mul majmul, oleh karena itu, ciri jazemnya adalah chafful ‘illati
b.      Fi’il mudlori’ yang harf akhirnya kemasukan dlomir alif tasniyah, wawu jama’ atau ya’ muannatsah mukhotobah diberi ciri dengan pembuangan harf nun setelah dlomir-dlomir tersebut.
Contohnya :زَيْدُوْنَ لَمْ يَضْرِبُوْا عَمْرًا 

                           














BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
I'rab ialah perubahan akhir kalimah karena perbedaan amil yang memasukinya, baik secara lafazh ataupun secara perkiraan. Maksudnya: I'rab itu mengubah syakal tiap-tiap akhir kalimah disesuaikan dengan fungsi amil yang memasukinya, baik perubahan itu tampak jelas lafazhnya atau hanya secara diperkirakan saja keberadaannya.
I'rab terbagi menjadi empat macam, yaitu I'rab rafa', I'rab nashab, I'rab khafadh dan I'rab jazm. Tanda  i’rab  rafa’ yaitu dhammah, wawu, alif dan nun. Tanda I’rab Nasab yaitu fathah, alif, kasrah, ya',  membuang nun. Tanda i’rab khafadh  yaitu  kasroh, ya, dan fathah. Dan tanda i’rab jazm yaitu, sukun dan membuang huruf ‘illat atau nun tanda rafa’.

3.2 SARAN
  Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, baik masukan maupun kritikan dari teman-teman, kami harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Dan kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak sempurnaan makalah yang saya buat ini.







DAFTRA PUSTAKA

Asari, Hasan,  Modernisasi Islam, ( Bandung : Cipta Pustak, 2007 )
A.    Mujib, Dkk. Entelektualisme Pesantren,  ( PT. Diva Pustaka : Jakarta. 2004 )
Ensiklopedia Islam, Departemen Pendidikan Nasional. (PT. Ichtiar Baru Van Hoeve : Jakarta. 2003).


1 komentar:

  1. Play Blackjack online - JTM Hub
    Learn the 부산광역 출장안마 basics of 거제 출장샵 blackjack. 이천 출장안마 You can either play the game of blackjack, or play a live version of 충청북도 출장마사지 Blackjack in the online 시흥 출장샵 casino. This type of blackjack game

    BalasHapus

Makalah fiqih muamalah

MAKALAH M acam-Macam Kepemilikan , Asas-Asas Kepemilikan, dan Kepemilikan Dalam Perspektif Undang-Undang Ditulis Untuk Didiskusika...